Hari demi hari. . .
tahun demi tahun. . .
tahun demi tahun. . .
Bel berbunyi awali nafas bersama kawan abadi , sehati
seragam putih abu-abu,,,
Inilah ceritaku tentang ratusan teka-teki rumit yang tak terpecahkan, ribuan tanda
Tanya yang tak terjawab dan jutaan lika liku hidup bersama canda, tawa, sunyi
senyap, suka duka, senyum sedih bahkan kawan dan lawan yang semua terukir indah
dalam berbagai warna yang membungkus seragam yang dulu setia menemani setiap
langkah-langkahku. . .
Semua berawal dari sebuah kota kecil nan nyaman, kota tanpa
polutan yang merindukan suasana metropolitan, kata macet bisa dihitung dengan
jari, pohon-pohon masih berdiri tegak dan udara sejuk masih dapat dirasakan
dengan gratis. Bermula dari sebuah tembok harapan beratap cinta bernama XI.IA 4
, satu dari belasan kisah SMA Negeri 4 kendari
yang akan berteriak keras memecah dunia dengan gembira karena keringat selama 3 tahun terbayar sudah
dengan 3 detik melihat seberkas Koran berharga pagi itu 16 juni 2011….
Awalnya hanya 40
orang, kemudian entah mengapa menjadi 49 orang… persaudaraan ini semakin
lengkap rasanya dengan hadirnya orang2 dengan berbagai kepribadian dan tingkah
laku bagai pelangi dengan warna-warna yang berbeda namun terlihat indah
dipandang mata, itulah kelas kami XI.IA.4 the eVolution Of Creativity (V.O.C) berharap
kita menjadi orang-orang dgn terobosan dan inovasi di dalam berkreasi.
Kisah cerita bermula dengan kehadiran kami dari kelas X yang
berbeda kemudian menjadi satu dan berusaha saling memahami tentang apa artinya
persahabatan, arti seorang manusia dan seorang mahluk sempurna dengan segala
kekurangan. Saling melengkapi dan
menemani di saat senang maupun suka.
Ada yang sangat pintar, ada yang jenius, ada yang kurang
beruntung, ada yang kocak, ada yang
konyol, ada yang cinlok, ada yang jomblo setia, ada yang bureng, ada yang
nyantai. Ada Ahmad yang rajin dan pandai,
menjadi panutan di kelas kami. Ada ridha yang menjadi bahan iseng Anak2
belakang. Ada Akbar dengan segala Ilmu tentang cinta. Ada alim dengan segala banyolan dan
kekonyolannya. Ada anna dengan keburengannya. Ada anca dengan segala aspek
diatas normalnya. ada elshinta dengan segala kepolosannya. Ada andriani dengan keeksistensinya. Ada
angga, lili, ayu, ceka, dawal desi, dewi, etri, fadel, fitriah, Indira, jumran,
karina, ipi, kiki, mega, mia,
ninang, nur, ais, rio , ririn, sadam, sari, selvi, tari, windi, winni,
wiwin, wulan, yoel, tria, biul, cintya,
jumatria, eria, fidia, ulya, tami, dan RIYAN
DENGAN SEGALA KEJENIUSAN DAN KARISMATIKNYA.
Tiada momen yang tidak terlewatkan mulai dari porseni
Hingga tiap2 ulang tahun teman2. Semua berjalan waktu demi waktu dan tahun
demi tahun…
Kadang ada duri yang
tumbuh, menusuk hati dan menimbulkan amarah. Mementingkan ego masing-masing,
berbeda pendapat dan perspektif sehingga perselisihan pun kadang membara. Namun
segala yang manis kadang menimbulkan penyakit dan segala yang pahit kadang
menjadi obat, perselisihan yang ada bagaikan obat di dalam kelas, membawa
sedikit kerikil agar tunggangan menjadi goyang membuat kita saling berpegang
erat untuk mempertahankan keseimbangan.
Namun, waktu
berjalan….
Perpisahan tiada pernah terelakkan, kepergian seorang
sahabat menjadi awal perpisahan kita…
Waktu demi waktu terus berlalu,
penentuan tidak bisa terelakkan, ketika pensil dan penghapus menjadi amat
berarti dan handphone senter kembali digemari. Itulah UAN, ujian akhir nasional
yang menetukan apakah kita tersenyum hari ini. Itulah hari yang menegangkan
namun ditunggu-tunggu, harus tapi tak bisa, mau tapi tak mampu. Ketika otak
mulai dipermainkan dan berbagai kreasi mulai dipraktekkan. Disaat harapan berbanding terbalik dengan
realita yang ada, tak mampu memutar waktu untuk memperbaiki apa yang sudah tak
mampu diraih dan apa yang dulu tak terpikirkan. Disaat doa dan tangis mulai
kembali bergemuruh dari hati yang dulu tak pernah mengingat diri-Nya. Berjuang selama 7 hari bagaikan terbang ke
langit ke 7 . tegang selama 7 hari seperti berlayar ke 7 samudera. Namun ketika
berhasil bagai bermain bersama 7 bidadari. Itulah 7 mata pelajaran penting yang kami dapatkan 7 jam sehari .
ikut ujian dengan 7an yang sama yaitu menu7kan kpd a ayah dan ibu bahwa kita
bisa.
Alhasil semua sudah berakhir, yang
bisa dilakukan hanya menunggu dan menunggu. Koran seharga 2 ribu menjadi 5
ribu, tak jadi masalah selama membahagiakan ayah dan ibu. Kami pun berkumpul di
bahu jalan sekolah, berharap pulang membawa baju penuh piloks dan warna warni
kepada orang di rumah.
SELAMAT, SMA Negeri 4 Kendari Lulus
100%. . . . .
cucuran tangis pun
tak bisa terbendung, peluk hangat mulai bertebaran, curahan piloks dan spidol
mulai membanjiri seragam ini. Tak ada lagi putih abu-abu, tiada lagi bel
berbunyi, tiada lagi rambut botak, tiada lagi bapak dan ibu guru. Kesenangan
itu pun larut bersama rasa sedih yang dalam akan sekolah tercinta. Dimana lagi
ada yang menyapa, dimana lagi ada PR yang dikerjakan di sekolah, dimana lagi ada
kata bolos.
Semua itu telah berakhir, canda dan
tawa yang selau bergema di setiap sudut koridor, suka dan duka yang melekat
ditiap dinding, air mata yang selalu menetes di tiap meja dan papan tulis yang
merupakan saksi bisu kisah ini seakan berpamitan, tak ada lagi gerbang yang
menyapa setiap paginya.
Kini warna-warna itu mulai berpencar ke jutaan arah yang
berbeda, memulai lembar baru kisah yang lain dengan milyaran bahkan triliyunan
teka-teki dan lika liku kehidupan .
jadikan kisah ini menjadi cerita sebelum tidur anak-anak sebari
nostalgia kita di hari tua kelak membuat kita tertawa sendiri mengingatnya
. Dari sabang sampe merauke, kutub
selatan ke kutub utara dan dari Greenwich sampe amerika, XII IA 4, SMA Negeri 4
Kendari. . . . .
Keren..
BalasHapus